Biofuel atau bahan bakar hayati adalah segala jenis bahan bakar baik padatan, cairan maupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel diklaim bisa mengatasi masalah pemanasan global dimana penggunaan bahan bakar minyak bumi dan batu bara menjadi salah satu penyebab terjadinya efek rumah kaca.
Pada prinsipnya penggunaan bahan bakar minyak bumi dan batu bara sama seperti melepaskan karbondioksida yang telah jutaan tahun tersimpan di dalam tanah. Sementara biofuel lebih bersifat karbon netral yang diklaim bisa mengurangi kadar karbon di atmosfir.
Ada tiga cara untuk pembuatan biofuel: pembakaran limbah organik kering (seperti buangan rumah tangga, limbah industri dan pertanian); fermentasi limbah basah (seperti kotoran hewan) tanpa oksigen untuk menghasilkan biogas (mengandung hingga 60 persen metana), atau fermentasi tebu atau jagung untuk menghasilkan alkohol dan ester; dan energi dari hutan (menghasilkan kayu dari tanaman yang cepat tumbuh sebagai bahan bakar).
Dan yang akan kita bahas pada tulisan kali ini adalah tentang pembuatan atau produksi biofuel dengan memanfaatkan energi dari hutan atau pohon. Pohon-pohon yang biasa digunakan untuk produksi biofuel ini adalah pohon Eucalyptus, Poplar dan Willow. Pohon-pohon ini dianggap sebagai pohon yang cepat tumbuh besar dan bisa menjadi sumber energi terbarukan pengganti minyak bumi dan batu bara.
Sayangnya study terbaru menunjukkan bahwa pohon-pohon penghasil biofuel tersebut mengeluarkan zat kimia yang bereaksi dengan polusi. Reaksi tersebut diprediksi bisa mengakibatkan hasil panen berkurang dan bahkan memiliki andil dalam kematian 1.400 warga Eropa pada tahun 2020 nanti.
Di satu sisi
tumbuhan atau pohon biofuel tersebut dapat mengurangi konsumsi batu bara dan minyak bumi untuk mencegah terjadinya pemanasan global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) PBB memperkirakan pemanasan global telah menyebabkan lebih dari 140.000 kematian setiap tahunnya di seluruh dunia sejak tahun 1970-an. Tapi di sisi lain penanaman pohon tersebut juga dapat membahayakan kelangsungan hidup manusia karena reaksi
kimia yang dikeluarkan pohon tersebut dengan polusi. Ini menjadi satu dilemma.
Bahkan Amerika dan China dianggap sebagai negara yang rentan terkena dampak produksi massal pohon biofuel tersebut. Karena negara tersebut juga memproduksi polusi dalam jumlah yang banyak.
Untuk mengatasi masalah ini, para ahli menyarankan agar pihak-pihak yang memproduksi pohon biofuel agar menanam pohon tersebut di daerah yang memiliki sedikit polusi. Guna menghindari reaksi zat kimia pohon dengan polusi.
Di sisi lain tampaknya penanaman massal pohon yang memproduksi bahan biofuel harus dipikir ulang karena selain “bencana” di atas, biofuel juga diklaim sebagai penyebab melonjaknya harga pangan. Dimana lahan untuk memproduksi tanaman untuk pangan menjadi tergerus karena digunakan untuk menanam pohon biofuel.
Teknologi dan inovasi tampaknya juga tak akan terlepas dari untung rugi. Tak lepas dari sisi positif dan negatif.
Sumber : Newsdaily dan Wikipedia
Post Views: 190
Tim Redaksi